Geger Istilah Propaganda Firehose of Falsehood, Ini Ulasan Ketua Divisi Komunikasi dan Media ICMI

By Admin


nusakini.com - Jakarta - Akhir-akhir ini istilah Firehose of Falsehood (FoF) menjadi perbincangan publik. Bermula dari berbagai statemen Jokowi diberbagai kesempatan yang mengungkapkan adanya cara propaganda yang dipakai kubu Prabowo-Sandi yang dinilai bisa menggiring opini publik ke arah perpecahan bangsa dan kemudian diungkap oleh Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Ace yang mengatakan strategi propaganda kubu Prabowo-Sandi memakai cara Firehose of Falsehood yang dikembangkan Rusia dan pernah dipakai Donal Trump dalam kampanye Pilpres Amerika beberapa waktu lalu.

Apa sebenarnya Firehose of Falsehood tersebut. Dan bagaimana cara mengantisipasinya? Berikut penjelasan Andi Irman, Ketua Divisi Komunikasi dan Media Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan CEO G-Indonesia, sepeti dilansir dari laman https://icmi.or.id/opini-dan-tokoh/opini/teknik-firehose-of-falsehood-dan-kontra-propaganda-fof

Berikut tulisan lengkapnya: 

Teknik Firehose of Falsehood dan Kontra Propaganda FoF

Firehose Of Falsehood adalah sebuah teknik Propaganda Rusia yang mempunyai 2 karakteristik, yaitu: adanya tingkat pesan atau informasi dalam jumlah yang sangat tinggi; dan adanya penyebaran informasi yang salah atau hanya sebagian benar, atau bahkan berupa fiksi.

Jika diibaratkan, hoax itu produksi revolusi industri 3.0, maka Firehose of Falsehood (FoF) ini adalah hasil revolusi industri 4.0. Kenapa? Karena FoF manfaatkan ilmu komunikasi berdasarkan  “neuroscience" dan "big data".

Propaganda “Firehose of Falsehood” mempunyai 4 strategi utama, yaitu: 1. Kontroversi dan provokasi yang massif dengan sumber berita yang beragam, 2. Repetisi pesan yang cepat dan konsisten, 3. Mengabaikan data dan fakta dan 4. Isi pesan yang inkonsisten atas substansi.

Tujuannya secara psikologis adalah untuk mengaktifkan dan mengisi "reptilian brain" individu secara massal dengan "fear" atau ketakutan. Sederhananya, jika seekor kucing yang lucu jika dicitrakan terus menerus dikatakan sebagai harimau yang kejam dan buas,  lama kelamaan orang akan percaya bahwa kucing lucu itu adalah harimau yang kejam dan buas sehingga dapat dijadikan ancaman bersama yang harus disingkirkan, terutama bagi mereka yang tingkat literasinya rendah adalah sasaran utama strategi FoF.

Bagaimana strategi FoF itu diterapkan secara teknis? Berikut penulis coba uraikan secara sederhana:

1. Kontroversi dan provokasi yang masif dengan sumber berita yang beragam.

Propaganda FoF dibuat dalam jumlah yang luar biasa tinggi kuantitasnya dan disiarkan melalui banyak sekali saluran berita, baik berupa teks, audio, video, yang memanfaatkan segala macam media yang ada. Secara ilmiah, hasil riset menunjukkan bahwa “Sumber informasi yang beragam lebih mudah mempengaruhi masyarakat dibandingkan hanya dari satu sumber informasi”. Artinya masyarakat yang menerima informasi yang sama atau serupa dari sumber yang berbeda-beda, akan lebih mudah percaya pada informasi tersebut.

Sumber informasi beragam dengan jumlah informasi yang tinggi adalah penting, Sebab sumber informasi yang digunakan oleh banyak orang akan lebih meyakinkan masyarakat bahwa sumber berita tersebut benar dan dapat dipercaya, tanpa memperhatikan kredibilitas orang-orang yang menggunakan sumber berita tersebut.

Jika publik kurang tertarik isu tersebut, maka propaganda lebih ditekankan pada peningkatan jumlah argumen yang mendukung topik tersebut. Logikanya, jika informasi tersebut datang dari sumber yang mempunyai kesamaan karateristik dengan kita, maka informasi akan lebih mudah dipercaya. Faktanya, orang memang merasa bahwa sebuah sumber informasi lebih dapat dipercaya jika banyak orang lain yang juga mempercayai informasi tersebut. Karenanya jika jumlah informasi yang dikeluarkan untuk propaganda tidak terlalu banyak, masyarakat cenderung untuk lebih menyukai pendapat para ahli.

Literatur psikologi mengkonfirmasi, bahwa suatu informasi yang gencar dikeluarkan secara masif akan lebih menarik perhatian orang, dan akan menenggelamkan informasi-informasi dari lawan. Intensitas Informasi dalam jumlah tinggi akan membanjiri media dan menutup informasi milik lawan, karena akan menimbulkan banyak reaksi dari lawan untuk menolak informasi yang dianggap tidak benar tersebut.

Selain itu, jumlah informasi dalam kuantitas tinggi dengan berbagai sumber, akan meningkatkan kepercayaan orang atas informasi yang disampaikan tersebut.

2) Repetisi pesan yang cepat dan konsisten.

Kejadian apapun akan dengan sangat cepat ditangkap sebagai sebuah peluang untuk dijadikan sebagai bahan propaganda. Walaupun tidak diikuti dengan fakta yang benar dan obyektif.

Fakta ilmiah menunjukan, kesan pertama (1st impression) akan sangat kuat bertahan dalam pikiran seseorang; dan pengulangan sebuah informasi akan membuat familiar, dan sesuatu yang sudah familiar akan membuat mudah untuk diterima. Jika informasi itu sampai ke bagian “reptilian brain” seseorang, maka ia akan bertahan sangat lama dan akan menjadi citra seseorang terhadap sebuah masalah.

Dengan demikian propaganda “Firehose of Falsehood” akan sangat berusaha utk menciptakan “First Impression” bagi masyarakat, yang dikombinasikan dengan kuantitas pemberitaan yang luar biasa tinggi, disebarkan dari berbagai ragam media dan dilakukan secara berulang-ulang dan konsisten.

3) Tidak mempunyai komitmen pada realita.

Propaganda ini mempunyai komitmen yang rendah atau bahkan tanpa komitmen pada fakta / kebenaran. Memang tidak semua informasi yang diberikan itu salah, namun sering sekali informasi yang mereka keluarkan hanya sedikit saja mengandung kebenaran. 

Hal itu mungkin saja seruap dengan berita-berita infotainment yang isinya sangat “receh”.

Pertanyaannya adalah, mengapa berita yang tidak bermuatan informasi penting ini efektif dalam mendapatkan kepercayaan masyarakat? Sebab banyak orang malas berpikir dan menganalisa sebuah informasi, sehingga cenderung menggunakan informasi yang dianggapnya sesuai akal sehatnya saja. Informasi yang pada awalnya dianggap benar namun kemudian diketahui ternyata salah, tetap saja informasi pertama itu sudah membentuk memori dan mempengaruhi cara berpikirnya.

Informasi terkait identitas sebuah kelompok atau memuat narasi yang sudah familiar bagi masyarakat, dan kerap dapat membangkitkan emosi adalah sangat bersifat persuasif. 

Efeknya, orang akan lebih mudah menerima informasi yang dianggap seirama dengan informasi lain yang sudah diterimanya terlebih dahulu, dan akan dianggapnya benar.

Inilah fenomena “CONFIRMATION BIAS”, yaitu: Informasi yang dianggap membenarkan hal yang diyakininya selama ini, akan langsung diterima sebagai informasi valid. Sementara, keyakinan seseorang bahwa suatu informasi adalah salah, cenderung kurang bisa menerima bukti-bukti yang menyangkal keyakinannya itu. Bahkan biasanya, informasi yang berisi kemarahan akan lebih mudah diterima oleh orang-orang yang sedang marah.

Statemen yang salah akan lebih mudah diterima saat didukung bukti-bukti meyakinkan, sekalipun bukti-bukti itupun salah. Hal itu sering terjadi di ruang sidang, dimana ada pihak yang bisa menjelaskan bukti secara detail akan lebih dipercayai hakim meskipun mungkin saja bukti-bukti itu tidak benar atau direkayasa. Ditambah lagi, hasil penelitian dalam psikologi, yang menunjukan bahwa adanya faktor sampingan, seperti kemunculan para ahli, atau format sebuah informasi, membuat orang dapat menerima bahwa informasi tersebut berasal dari sumber yang terpercaya ( seperti dimunculkannya Titel Tenaga Ahli / Profesional kepada narasumber). Keahlian dan kepercayaan adalah 2 dimensi utama dari sebuah kredibilitas.

4) Tidak konsisten pada isi berita yang dikeluarkan. Media-media yang digunakan sebagai alat propaganda sering mengeluarkan isi / tema informasi yang tidak sama persis . Media-media tersebut juga tidak selalu memberitakan peristiwa-peristiwa yang sama, antara satu dengan yang lainnya.

Mereka tidak ragu-ragu untuk menunjukkan perubahan arah dari pesan yang disampaikan. Jika informasi yang mereka keluarkan sebelumnya ternyata tidak menarik bagi masyarakat, maka mereka akan segera menarik informasi tersebut dan menggantinya dengan informasi baru.

Dalam literatur psikologi menyatakan: Sebuah kontradiksi dapat mendorong seseorang untuk memahami mengapa terjadi perubahan opini. Jika argumen yang digunakan sebagai dasar perubahan opini itu kuat, maka hal tersebut dapat menimbulkan pengaruh yang luar biasa besar terhdap seseorang. Karena itu, meski inkonsisten dalam pesan namun faktor kontradiksi membuat seseorang harus mencari kebenaran dengan argumen yang kuat, disinilah peran yang dimainkan dalam strategi FoF.

Kontra Propaganda FoF

Jangan pernah menganggap remeh metode propaganda FoF ini. Karena banyak sekali faktor yang membuat metode ini sangat efektif, sehingga cara untuk melakukan kontra propagandanya pun tidak mudah. Ketika seorang jurnalis yang sangat kredibel dan professional sedang melakukan verifikasi data atas suatu peristiwa, para pelaku propaganda telah menghujani masyarakat dengan informasi-informasi ala mereka. Akhirnya pihak yang mengandalkan berita berdasarkan fakta, akan kalah satu langkah.

Tindakan sanggahan atas propaganda semacam itu hasilnya kurang efektif, khususnya jika itu dilakukan setelah adanya “serbuan” informasi di berbagai media, setelah waktu berlalu orang akan cenderung lupa apakah informasi yang mereka terima itu benar atau salah. Sehingga sangat disarankan untuk tidak melakukan counter terhadap jenis propaganda semacam itu dengan cara menghujani masyarakat dengan fakta-fakta lain.

Ada 3 langkah yang sedikit meningkatkan keefektifan sanggahan atas propaganda tersebut, yaitu Pertama, dengan memberikan peringatan dini sejak awal kemunculan informasi-informasi salah yang digunakan untuk propaganda tersebut.

Kedua, Melakukan penolakan dan sanggahan yang dilakukan berulang-ulang. Tindakan menyajikan fakta-fakta yang benar yang bisa dijadikan sebagai alternatif jika masyarakat telah melupakan isi propaganda tersebut atau pihak penyebar propaganda telah menarik berita mereka.

Peringatan dini akan jauh efektif dibandingkan dengan penolakan atau sanggahan atas propaganda yang telah terlanjur diterima masyarakat. Propaganda menciptakan 1st impression sangat efektif dalam menggiring opini massa dan itu sulit untuk diatasi. Namun jika masyarakat telah diberikan informasi yang benar sebelumnya, maka propaganda itu hanya akan menjadi semacam penyangkalan atau sanggahan yang tentu tidak akan efektif lagi.

Ketika masyarakat menolak sebuah propaganda, hal itu akan makin menguatkan keyakinan yang telah terbentuk sebelumnya. Lebih baik menganalisa cara mereka melakukan propaganda, ketimbang sekedar menangkal informasi-informasi propaganda.

Kemungkinan lain, fokuslah melakukan kontra terhadap efek yang ditimbulkan oleh propaganda FoF itu, daripada sibuk melakukan kontra pada isi propaganda. Sangat mungkin menggagalkan efek yang jadi tujuan dari propaganda itu, tanpa kita perlu ikut dalam irama arus propagandanya.

Dari pemaparan ini, tampak sekali bahwa memang untuk menangkal efek yang ditimbulkan oleh propaganda Firehose of Falsehood adalah adu strategi yang membutuhkan kecerdasan dan analisa yang mendalam. Jadi bukan hanya sekedar adu mulut dan saling membully. (b/ma)